Di tengah keasyikan tim 7Wonders Terios menjajal
jalanan light off-road, ada kabar bahwa mesin pengolah kopi sudah berfungsi
kembali. Tanpa membuang waktu kami segera bergerak menuju lokasi di Pusat Kota
Pagaralam untuk menyaksikan sendiri seperti apa pengolahan kopi di
Pagaralam.
Ternyata sistem pengolahannya mirip dengan sentra
kopi di Liwa dan Lahat nyaris sama saja. Perbedaannya adalah cara me-roaster
biji kopi. Walaupun di Pagaralam – drum untuk me-roaster biji kopi sama dengan
yang di Lahat tetapi untuk memutarnya sudah menggunakan mesin. Sementara untuk
proses penggilingannya sama yaitu memakai 2 mesin. Pertama biji kopi dihaluskan
jadi butiran kasar. Kemudian dipindah ke mesin satunya untuk dibuat makin
lembut.
Seperti halnya proses pengolahan padi sebelum
menjadi beras siap dikonsumsi maka pengolahan buah kopi jadi biji kopi juga
menarik perhatian kami. Diok bilang jika kakaknya Nando punya mesin pengolah
buah kopi jadi biji kopi. Mesin Engelberg Huller bikinan USA ini berdimensi
besar dan digerakkan dengan diesel.
Sembari mempraktekkan sistem kerja mesin pengolah
buah kopi Engelberg Huller, Diok menerangkan trik untuk mengetahui buah kopi
yang dijemur sudah kering atau belum. “Coba ambil segengam lalu goyang-goyang.
Nah, kalau di dalam buah kopi yang sudah dijemur ada bunyinya berarti biji di
dalamnya sudah terpisah dengan dagingnya. Baru ini bisa diolah jadi biji kopi,”
celoteh penyuka kendaraan 4x4 ini.
Biasanya para petani kopi akan menyimpan buah
kopi dalam kondisi masih terbungkus dengan kulitnya. “Kalau disimpan masih
dengan kulitnya akan lebih awet dan tak mudah menyusut,” lanjut Diok. Jika
harga kopi lagi kurang baik para petani biasanya menyimpan buah kopi dalam
karung-karung besar. Ketika harga membaik barulah diolah menjadi kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar